September 06, 2006

Lebih Baik Kita Temenan Aja!



Saya percaya kalimat tersebut dibenci 7 dari 10 remaja laki-laki di Indonesia. Meski demikian kalimat di atas masih merupakan asumsi penilaian saya saja dan bukan menjadi sebuah pernyataan yang diperoleh lewat jejak pendapat. Tapi saya cukup yakin seandainya dibuat sebuah riset untuk membuktikan keabsahannya, pastilah hasilnya juga tidak jauh beda.

Begini ceritanya, beberapa hari yang lalu saya pulang ke Jogja dan mengunjungi kolega lama yang kebetulan tinggal dalam satu kontrakan. Kami sempat bercanda soal beberapa wacana iklan yang mengangkat perbandingan secara kuantitas untuk mengkomunikasikan produknya. Sebuah produk pembalut wanita semisal, telah mengklaim bahwa 7 dari 10 wanita mengkonsumsi produknya. Setelah itu diantara kami terlontar beberapa gurauan perbandingan, salah satunya saya yang menerka soal kalimat favorit kaum hawa untuk mengakhiri todongan asmara dari sang penembak! Waktu itu kedua kolega tersebut sontak berteriak "soriiii, kita temenan aja!".

AHA! Menurut saya, kalimat sori aku nggak bisa, lebih baik kita temenan aja! kemungkinan telah menjadi insight bagi mereka yang pernah ditolak! Biasanya kalimat penolakan tersebut juga diikuti kalimat lain sebagai penjelas! Disini adanya kalimat penjelas setelah kalimat sori aku nggak bisa, lebih baik kita temenan aja! menunjukkan susunan kalimat penolakan biasanya adalah kalimat induksi! Dimana konklusi terletak di awal mendahului penjelasan. Jika sori aku nggak bisa, lebih baik kita temenan aja! menjadi umum untuk digunakan, kalimat penjelas biasanya lebih beragam. Mulai dari "kamu kan udah aku anggep sahabat", "kayaknya kita lebih cocok jadi adek kakak", atau "aku belum kepikiran soal pacaran, kan kita masih sekolah!"

Saya sendiri pernah mendapat alasan yang menurut saya luar biasa tidak masuk diakal,.. "sori yo tapi bulan depan aku kayaknya mau dikirim ke singapura buat disekolahin sama ortu". Benar-benar bukan alasan yang pintar karena sebulan setelah penolakan itu saya masih bertemu dengannya di bangku kuliah hingga 4 tahun sesudahnya. Menurut saya, kalimat sori aku nggak bisa, lebih baik kita temenan aja! seolah menjadi tidak menyentuh. Mungkin karena terlalu banyak dipakai oleh wanita sebagai pamungkas untuk menolak. Andai saja wanita mencoba untuk menggali lebih banyak, mungkin bisa banyak kalimat penolakan yang lebih halus.

Misalnya begini, nama Anda adalah Dicky dan Anda baru saja menyatakan cinta pada gadis yang dicintai tapi ini yang diucapkannya; "Dicky! Aku benar-benar tidak menyangka kamu senekat ini! Meminta aku untuk jadi pacarmu cuma bisa jadi impianku! Aku nggak mau kamu menyakiti dirimu sendiri dengan mengecewakanmu! Di keluargaku ada keturunan penyakit jantung dan stroke! Aku nggak mau kalo hubungan asmara kita yang nantinya berbuah pernikahan di kemudian hari membuat anak kita berpotensi mengalami gagal jantung! Sori Dick, tapi kamu menyakiti hatiku karena telah mencintaiku!"

Coba bandingkan jika Anda cuma mendengar sori aku nggak bisa, lebih baik kita temenan aja! lagipula selama perasaanku ini ke kamu biasa aja! Demi Tuhan, saya yakin Anda ingin membakarnya hidup-hidup saat itu juga! Tulisan ini bukan saya buat hanya atas dasar emosi saja. Saya juga tidak ditolak belakangan ini. Saya cuma ingin mendorong para wanita untuk lebih kreatif lagi dalam mengolah kalimat penolakan, setidaknya menyiapkan 3 alternatif atau membuat case studies terlebih dahulu. Menghubungi agensi kreatif atau penulis naskah lepasan juga sangat dianjurkan. Paling tidak dengan lebih halus dan kreatif dalam menolak, si pria tidak pulang dengan wajah memelas dan hati hampa, minimal mereka tidak mabuk-mabukan pada malam sesudah penolakan.

1 comment:

Rakhman Kuncoro said...

Penjiwaan sing jero yo!
Opo mergo pengalaman pribadi? :)